Saturday, January 30, 2010

Twin Cities, Surga Pesepeda Seperti Saya


30 Oktober 2006, saya sampai di Minneapolis/St. Paul International Airport. Minneapolis adalah kota terbesar kedua setelah St. Paul di Minnesota-Amerika Serikat, oleh sebab itu keduanya disebut sebagai kota kembar, twin cities. Cukup melelahkan setelah perjalanan kurang lebih 30 jam dari Cengkareng, namun hal tersebut begitu saja terobati setelah melihat sebuah pemandangan gerombolan sepeda. Baru saja selesai mengambil bagasi, sudah terbengong-bengong, penuh rasa tidak percaya karena banyak orang yang me-nenteng sepeda gunung. Rupanya mereka adalah para karyawan. Kemudian saya ikuti sampai ke Metro Railway Station, sepeda naik juga dengan setia, dan tiba-tiba sepeda diangkat kemudian digantungin begitu saja di bike rack yang tersedia, ohhh….., begitu toh caranya. Woow…., keren banget, si biker dengan asyiknya duduk tanpa harus repot menggandeng sepeda.

Itu sekelumit kesan pertama. Saat itu saya sedang mengikuti sebuah AEE (Association for Experiential Education) Annual International Conference. Kantor saya, adalah salah satu anggotanya sejak tahun 1995, jadi disini merupakan tugas kantor. Tapi Sepeda….. Sepeda….. Sepeda lagi…, yang juga menyedot sebagian energi dan perhatian saya, benar-benar multi-orgasm merasakan surga biker ini.

Saya memang sudah berniat akan naik sepeda pulang pergi ke tempat konferensi. Dari Jakarta sudah disiapkan helm (walaupun akhirnya diputuskan tidak dibawa karena tas tidak cukup), bike to work tag, dan informasi tentang sepeda di negeri ini sejak jauh hari. Tempat menginap memang cukup jauh dari tempat konferensi dan aturan tentang berkendaraan cukup berbeda dengan Indonesia, jadi butuh waktu satu hari untuk keliling, melihat, mengamati hingga naik turun bis dan kereta sekedar membiasakan diri. Hingga jatuh hari yang ditunggu-tunggu, akhirnya meluncurlah kereta angin pinjaman dari seorang kawan dengan lancar, wusshhh….. Hampir setiap hari suhu udara berada dikisaran -6ºC sampai dengan 6ºC, namun saya menikmatinya dengan penuh gairah. Minnesota memang sangat dingin di akhir tahun, namun tetap hangat di atas sepeda.

Di Minnesota kebijakan transportasi sepeda mendapat kehormatan dan penghargaan yang cukup tinggi. bike lane, bike road, bike path/trail, bike shoulders, bike rack, bike sign, disediakan begitu istimewa. Pejalan kaki adalah nomor satu dalam lalu lintas, dan pe-sepeda adalah nomor dua. Namun dibandingkan dengan kendaraan lain, sepeda adalah kelas wahid. Tidak mengherankan karena berdasarkan perhitungan Departemen Transportasi Minnesota tahun lalu, sejumlah 63% penduduk dewasa-nya adalah pesepeda yang aktif. Selain itu juga berdasarkan Federal Guidance Transportation Departement, TEA-21, Februari 2000, disebutkan bahwa jalur sepeda dan pedestrian harus dibangun dalam setiap proyek pembangunan baru dan proyek rekonstruksi.

Bike lane disediakan antara bahu jalan dan jalan utama, pada kedua sisinya ditandai dengan garis putih tebal. Memang tidak setiap jalanan memiliki bike lane, tapi selalu ada bike shoulder yang bisa digunakan berdampingan dengan jalur pejalan kaki. Jika bike lane akan berakhir pasti ada tandanya berupa tulisan seperti ini: Bike Lane End”, maka si pesepeda akan pindah ke bike shoulder. Demikian pula jika bike lane di depan kita tersedia, maka akan ada tulisan berikut “Bike Lane Start”. Pada beberapa taman kota disediakan jalur sepeda khusus, dipisahkan dari para jalur pejalan kaki. Ada jalur off road dan on road, jadi bagi sepeda gunung maka jalur off road adalah jatahnya, sementara bagi pesepeda race, maka jalur on road adalah jatahnya.

Bike rack disediakan di dalam kereta listrik, posisinya nampak seperti pegangan (handle) pintu, sepeda tinggal diangkat roda depannya dan digantunkan. Bike rack juga bisa ditemui di bis, ditempatkan di depan mobil, tepatnya di-bumper, dengan kapasitas sampai dengan 2 buah sepeda. Dan tentunya bumper tersebut sudah mendapat rak tambahan khusus. Posisinya sepeda saat di rak tersebut berdiri dengan roda depan dijepit yang berfungsi sebagai kunci, jadi tidak membutuhkan waktu panjang, sungguh sangat praktis dan kokoh. Kemudian hampir di setiap tempat-tempat umum disediakan tempat parkir, modelnya sederhana, nampak seperti pagar biasa, tinggal memasukan roda depan atau belakang, maka sepeda sudah terparkir dengan baik. Namun ada juga yang bentuk yang berbeda, lebih mirip sepeda yang ditata di depan taman atau di pedestrian. Di tempat parkir ini biasanya orang menggunakan kunci, atau terparkir begitu saja. Ketika saya tanyakan apakah aman dengan tanpa kunci kepada para biker, jawabannya adalah “mungkin saja dicuri, tapi jarang sekali”.

Oh ya…, pada hari-hari tertentu khususnya musim dingin, pada beberapa tempat perhentian atau stasiun sering disediakan minuman panas dan kue-kue gratis khusus bagi para pesepeda dan pengguna kendaraan umum lainnya. Lagi-lagi pesepeda dimanjakan dengan fasilitas pemerintah. Di kita???

Pesepeda di negeri ini memiliki banyak wadah atau organisasi, diantaranya adalah Bike Walk Organization dan The State Bicycle Advisory Committee, yang memiliki program-program dengan tujuan hampir sama, yaitu memberikan informasi mengenai sehat dan aman-nya bersepeda. Bersama-sama pemerintah membangun fasilitas umum, khususnya untuk sepeda. Program Kampanye yang sudah berjalan adalah “Share The Road”, kampanye ini mengajak seluruh anggota masyarakat untuk berbagi jalan, saling menghormati pengguna jalan lainnya dan saling menjaga keselamatan masing-masing. Hampir di setiap sudut jalan terpasang tulisan “Share The Road”. Selain itu ada juga program The Safe Route to Schoool, Encouraging Bike Commuting and Walking dan The Minnesota Scenic Bikeways System.

Itulah sedikit pengalaman, mungkin tulisan sejenis pernah diterbitkan di sini, tapi mudah-mudahan menjadi sekedar pelengkap dan sekedar pelipur kangen saya terhadap biker di Indonesia.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails