Saturday, January 30, 2010

Ceritamu, Almeera Tsabitha Amadore Riswandi


Nak… nama ini bapak dan ibu pilihkan untuk kamu. Berbulan-bulan waktu mencari, bertanya, berdiskusi untuk menemukan nama yang membuat paling tidak bapak dan ibu tenang. Mudah-mudahan kelak ketika kamu mengerti, kamu akan suka. Yang pasti, nama ini doa untuk kamu, doa untuk kami. Dan tak kurang-kurangnya rasa cinta penuh damba menggelora di hati bapak dan ibu saat nama ini disepakati.

Bapak dan ibu juga sempat bertanya sama kakek-nenekmu, bahkan uyutmu… tapi saat pertanyaan dilontarkan semuanya termangu… memandang jauh ke depan, tidak ada jawaban, mungkin tidak siap dengan pertanyaan itu. Bapak hanya ingat betapa waktu itu nenekmu termangu melihat jauh ke depan, untuk kamu. Iya untuk cucu pertaman-nya yang sudah lama impikan.

Jelas terngiang sampai hari ini di telinga bapak, tangisan yang keras-begitu kamu diangkat dari rahim ibumu , sempet ragu bahkan, kamu-kah itu gerangan? Juga masih ingat, menunggu-mu di lorong bercat putih, duduk di kursi kayu bulat, tepat di depan ruang bedah. Hanya kalimah-kalimah menghamba yang sanggup bapak getarkan… lirih nak… hampir tak berbunyi … betapa menunggumu itu sebuah rasa yang bapak sendiri tidak tahu namanya… Dan begitu melihamu, memeluk-mu… bapak ini tak sanggup untuk tidak meneteskannya… jatuh sudah air mata ini.

Kita hanya berdua di ruang itu. Tentang ibu-mu, bapak sendiri lupa. Sama sekali lupa kondisinya seperti apa, maafkan ya Bu. Begitulah nak sesaknya relung bapak, saat itu Ibumu tersisihkan, tidak mendapat tempat. Tapi tahukah kamu, ibumu itu sangat perkasa, melebihi Bapakmu, kelak kamu akan tahu…

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails